pre-pre-wedding jitters
part of the compass of my heart au
“Hoon, makasih ya kemaren malem… eh, tadi pagi.”
Jihoon ngelihat ke arah Joshua yang lagi didandanin di kamar hotelnya. Menurut Jihoon, objectively speaking, Joshua adalah salah satu orang paling ganteng yang pernah dia temuin dalam hidupnya. Dengan make-up natural dan setelan jas hitam, Joshua jadi kelihatan makin ganteng.
Jihoon nyengir, “Santai aja kali, Kak.”
“Nanti kalau bagian lo yang kena pre-wedding jitters gue siap dengerin kok,” Joshua menawarkan.
Senyuman Jihoon berubah jadi agak miris, “Masih lama kali, Kak.”
Dahi Joshua mengernyit, “Lho, emangnya kalian nggak ada rencana nikah?”
Jihoon mengangkat bahunya, “It never really came up? Macem-macem lah halangannya.”
Joshua ngasih Jihoon senyuman iba, “Seungcheol kemaren-kemaren suka tiba-tiba ngilang sih ya,” ujarnya, dan Jihoon ngangguk, “Mudah-mudahan kalian bisa segera ngobrol ya. Menurut gue penting banget buat kalian obrolin, biar kalian persepsi soal masa depannya sama.”
“…kalau beda gimana, Kak?”
Joshua hanya senyum terhadap pertanyaan kecil Jihoon, “Emangnya beda?”
“Ya, siapa tahu…”
“Didiskusiin biar ketemu titik tengahnya. Atau, kalau mau solusi yang lebih cepet…” Joshua mengangkat bahunya, “Ya putus. But neither of you would want that, right?”
Jihoon hanya diam sambil mainin boutonniere bunga mawar putih yang tersemat di dadanya.
Joshua menghela nafasnya pelan sebelum dia bilang makasih sama MUA-nya. Dia pindah duduk ke sebelah Jihoon, “Jujur, gue sempet iri loh sama komunikasi kalian. Kalian tuh komunikasinya tergolong bagus. Lo tahu nggak gue pernah hampir mau minta putus sama Jeonghan gara-gara gue overthinking?”
Mata Jihoon membelalak, “Hah, sumpah Kak?”
Joshua ketawa, “Sumpah. Karena hari ini gue bakal nikah sama the love of my life, gue bisa bilang ini sama lo. Dulu gue selalu mikir Jeonghan tuh pacaran sama gue karena dia kasian sama gue, dan karena dia gagal move on dari Seungcheol, gue jadi rebound dia doang.”
“…kayaknya gue pernah denger soal Kak Jeonghan dulu pernah naksir Kang Seungcheol tapi mundur gara-gara dia pikir Kang Seungcheol nggak suka cowok,” Jihoon ngaku.
“Dan cerita itu lo denger langsung dari Jeonghan, kan?” waktu Jihoon ngangguk, Joshua senyum, “Waktu Seungcheol bilang kalau dia naksir sama lo, gue sempet takut… takut Jeonghan jadi ngarep lagi, soalnya ternyata Seungcheol naksirnya sama cowok.”
“Kak, nggak mungkin lah. Seluruh dunia juga tahu segimana bucinnya Kak Jeonghan sama lo,” Jihoon muter matanya.
Joshua ketawa, “Ya sekarang gue juga tahu. Tapi waktu itu gue se-insecure itu sama perasaan Jeonghan ke gue, dan sama diri gue sendiri. That misunderstanding wouldn’t have happened seandainya gue bisa mengkomunikasikan dengan baik bahwa gue jealous sama Seungcheol. Untungnya laki lo waktu itu nabok gue biar gue cepet-cepet bilang sama Jeonghan soal kekhawatiran gue.”
“Ditabok beneran apa figuratif nih Kak?” tanya Jihoon iseng.
“Ditabok beneran gue! Udah mah dia dari dulu juga udah gede banget kan badannya, naboknya pake hati lagi, sakit banget tau!” Joshua ngomel, dan Jihoon ketawa keras, “Intinya sih, waktu itu komunikasi gue dan Jeonghan jelek, karena gue nggak ngerasa secure dalam hubungan gue sama dia. Kalau dari yang gue lihat, kalian tuh nggak gitu.”
Jihoon ngerasa perkataan Joshua ada benernya. Dia nggak pernah ngerasa se-secure ini waktu dia punya hubungan romantis dengan siapapun. Nggak sama mantannya yang cewek waktu SMA (don't judge him; dia masih eksplorasi seksualitasnya waktu itu), apalagi sama Chanyeol (yang ending-nya udah nggak perlu dibahas lagi). Ngebayangin Seungcheol ada dalam hidupnya dalam 5 tahun ke depan rasanya mudah banget baginya.
“Tapi kalau Kang Seungcheol nggak ngerasain hal yang sama gimana…?” gumam Jihoon.
“Makanya ditanya,” Joshua ketawa, seakan-akan ngetawain pertanyaan bodoh Jihoon, “Jangan bego kayak gue. Lo tadi bilang kalau kalian macem-macem halangannya, tapi emangnya sekarang halangannya masih ada? Atau lo ada-adain?”
Jihoon terdiam. Tanpa nunggu jawaban dari Jihoon, Joshua nepuk bahunya, “Just so you know, gue nggak ada masalah kalau kalian tunangan di hari nikahan gue. Asal nikahnya cari tanggal laen aja. Yang ribut kalo anniversary-nya bentrok nanti Jeonghan soalnya.”
Jihoon hanya bisa ketawa, “Makasih ya Kak. Sori loh lo malah harus ngurusin kegalauan gue, padahal harusnya gue yang ngurusin lo.”
“Gue udah gangguin lo tengah malem, I’d say we’re even,” Joshua menawarkan tangannya untuk di-high five, dan Jihoon menepuk tangannya dengan keras.
“Buru (Cepet) nikah sana. Mumpung ganteng.”
“Gue sih selalu ganteng, maaf ya.”
Joshua dan Jihoon keluar dari kamar hotel Joshua sambil ketawa.